H.Bob Sadino
Pengusaha Berpakaian Dinas Celana PendekNama :
Bob Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam
Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)
Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
Pria berpakaian ”dinas” celana pendek jin dan kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, ini adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket), ini mantan sopir taksi dan karyawan Unilever yang kemudian menjadi pengusaha sukses.
Titik balik yang getir menimpa keluarga Bob Sadino. Bob rindu pulang kampung setelah merantau sembilan tahun di Amsterdam, Belanda dan Hamburg, Jerman, sejak tahun 1958. Ia membawa pulang istrinya, mengajaknya hidup serba kekurangan. Padahal mereka tadinya hidup mapan dengan gaji yang cukup besar.
Sekembalinya di tanah air, Bob bertekad tidak ingin lagi jadi karyawan yang diperintah atasan. Karena itu ia harus kerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri dan istrinya. Ia pernah jadi sopir taksi. Mobilnya tabrakan dan hancur. Lantas beralih jadi kuli bangunan dengan upah harian Rp 100.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Antara lain, entrepreneur-university.com dan PDAT
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia
Putera Sampoerna
Penjemput Pasar Masa Depan
NamaPutera Sampoerna
Lahir
Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947
Isteri:
Katie
Anak:
Michael Sampoerna
Ayah:
Aga Sampoerna (Liem Swie Ling)
Kakek:
Liem Seeng Tee
Pekerjaan
– CEO PT Sampoerna Strategic
– Presiden Komisaris PT HM Sampoerna
Pendidikan
– Diocesan Boys School, Hong Kong
– Carey Grammar High School, Melbourne
– University of Houston, Texas, AS
www.tokohindonesia.com
Putera Sampoerna, mengguncang dunia bisnis Indonesia dengan menjual seluruh saham keluarganya di PT HM Sampoerna senilai Rp18,5 triliun, pada saat kinerjanya baik. Generasi ketiga keluarga Sampoerna yang belakangan bertindak sebagai CEO Sampoerna Strategic, ini memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan.
Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Sehingga pantas saja Warta Ekonomi menobatkan putra Liem Swie Ling (Aga Sampoerna) ini sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005. Sebelumnya, majalah Forbes menempatkannya dalam peringkat ke-13 Southeast Asia’s 40 Richest 2004.
Putera Sampoerna, pengusaha Indonesia kelahiran Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947. Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Adalah kakeknya Liem Seeng Tee yang mendirikan perusahaan rokok Sampoerna. Putera merupakan presiden direktur ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna itu. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna.
Kemudian, pada tahun 2000, Putera mengestafetkan kepemimpinan operasional perusahaan (presiden direktur) kepada anaknya, Michael Sampoerna. Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk, sampai saham keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan yang sudah go public itu dijual kepada Philip Morris International, Maret 2005, senilai Rp18,5 triliun.
Pria penggemar angka sembilan, lulusan Diocesan Boys School, Hong Kong, dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of Houston, Texas, AS, itu sebelum memimpin PT HM Sampoerna, lebih dulu berkiprah di sebuah perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia. Kala itu, dia bermukim di Singapura bersama isteri tercintanya, Katie, keturunan Tionghoa warga Amerika Serikat.
Dia mulai bergabung dalam operasional PT. HM Sampoerna pada 1980. Enam tahun kemudian, tepatnya 1986, Putera dinobatkan menduduki tampuk kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna sebagai CEO (chief executive officer) menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna.
Namun ruh kepemimpinan masih saja melekat pada ayahnya. Baru setelah ayahnya meninggal pada 1994, Putera benar-benar mengaktualisasikan kapasitas kepemimpinan dan naluri bisnisnya secara penuh. Dia pun merekrut profesional dalam negeri dan mancanegara untuk mendampinginya mengembangkan dan menggenjot kinerja perusahaan.
Sungguh, perusahaan keluarga ini dikelola secara profesional dengan dukungan manajer profesional. Perusahaan ini juga go public, sahamnya menjadi unggulan di bursa efek Jakarta dan Surabaya. Ibarat sebuah kapal yang berlayar di samudera luas berombak besar, PT HM Sampoerna berhasil mengarunginya dengan berbagai kiat dan inovasi kreatif.
Tidak hanya gemilang dalam melakukan inovasi produk inti bisnisnya, yakni rokok, namun juga berhasil mengespansi peluang bisnis di segmen usaha lain, di antaranya dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa dan sempat mendirikan Bank Sampoerna akhir 1980-an.
Di bisnis rokok, HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air, yakni rokok rendah tar dan nikotin. Pada 1990-an, itu Putera Sampoerna dengan kreatif mengenalkan produk rokok terbaru: A Mild. Kala itu, Putera meluncurkan A Mild sebagai rokok rendah nikotin dan “taste to the future”, di tengah ramainya pasar rokok kretek. Kemudian perusahaan rokok lain mengikutinya.
Dia memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan. Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis. Langkahnya yang paling sensasional sepanjang sejarah sejak HM Sampoerna berdiri 1913 adalah keputusannya menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk (40%) ke Philip Morris International, Maret 2005.
Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku bisnis lainya. Sebab, kinerja HM Sampoerna kala itu (2004) dalam posisi sangat baik dengan berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Dalam posisi ketiga perusahaan rokok yang menguasai pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, setelah Gudang Garam dan Djarum.
Mengapa Putera melepas perusahaan keluarga yang sudah berumur lebih dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang muncul di tengah pelaku bisnis dan publik kala itu.
Belakangan publik memahami visi Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005 versi Majalah Warta Ekonomi ini ((Warta Ekonomi 28 Desember 2005). Dia melihat masa depan industri rokok di Indonesia akan makin sulit berkembang. Dia pun ingin menjemput pasar masa depan yang hanya dapat diraihnya dengan langkah kriatif dan revolusioner dalam bisnisnya. Secara revolusioner dia mengubah bisnis intinya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur.
Hal ini terungkap dari langkah-langkahnya setelah enam bulan melepas saham di PT HM Sampoerna. Juga terungkap dari ucapan Angky Camaro, orang kepercayaan Putera: “Arahnya memang ke infrastruktur dan agroindustri.”
Terakhir, di bawah bendera PT Sampoerna Strategic dia sempat berniat mengakuisisi PT Kiani Kertas, namun untuk sementara dia menolak melanjutkan negosiasi transaksi lantaran persyaratan yang diajukan Bank Mandiri dinilai tak sepadan. Dia pun dikabarkan akan memasuki bisnis jalan tol, jika faktor birokrasi dan kondisi sosial politik kondusif.
DR.H Rahmat Shah
Pengusaha,Pemburu dan Petualang BelantaraNama: DR. H. Rahmat Shah
Lahir: Perdagangan, Simalungun, Sumatera Utara, 23 Oktober 1950
Agama: Islam
Kebangsaan: Indonesia
Isteri: Rose, Gadis Melayu asal Singapura (menikah 1983)
Anak: Satu puteri dan dua putra
Nama Ayah: Gulrang Shah
Nama Ibu: Hj. Syarifah
Pekerjaan: Pengusaha, Anggota MPR-RI & DiplomatPengalaman Kerja
1. Tahun 1965 s.d. 1970: Pembantu Montir Bengkel Mobil MSH, Medan
2. Tahun 1970 s.d. 1980: Workshop Manager, Sales Manager dan Kuasa Direksi PT.Ika Diesel Brothers Medan
3. Tahun 1980 s.d. saat ini: Dirut PT.Unitwin Indonesia Perkebunan, Real Estate, Eksport Import, Trading,Contractor
4. Tahun 1991 s.d. 1994: Direktur Utama PT.Cakra Mantaputama Aluminium Industry (PMDN)
5. Tahun 1994 s.d. saat ini: Komisaris Utama PT.Cakra Compact Aluminium Industries (PMA) -Sumut -Indonesia
6. Tahun 1994 s.d. saat ini: Dirut PT.Sennah Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit, Sumut-Indonesia
7. Tahun 1995 s.d. saat ini: “Konsul Jenderal Kehormatan” Republik Turkey untuk Pulau Sumatera
8. Tahun 1996 s.d. saat ini: Komisaris PT.Indal Compact Aluminium Industries (PMA) Bekasi, Jawa Barat-Indonesia
9. Tahun 1996 s.d. saat ini: Ketua “Yayasan Rahmat” Medan, Sumatera Utara-Indonesia.
10. Tahun 1996 s.d. saat ini: Pimpinan & Pengelola “Taman Hewan” P.Siantar, Sumatera Utara – Indonesia.
11. Tahun 1999 s.d. saat ini: Pimpinan “RAHMAT” International Wildlife Museum & Gallery, Medan, Indonesia
12. Tahun 1999 s.d. saat ini: Anggota MPR-RI (Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia)Organisasi Kemasyarakat
1. Ketua Medan Club, Ekslusif Member’s Club yang gedung-gedungnya didirikan sejak tahun 1879
2. Ketua Dewan Pakar Inkubator Bisnis & Teknologi Universitas Sumatera Utara (USU)
3. Dewan Pengurus Pusat BMMI (Badan Musyawarah Museum Indonesia), Jakarta-Indonesia
4. Dewan Pakar FKKB (Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa) Sumatera Utara
5. Dewan Pembina FOKSI (Forum Konservasi Satwaliar Indonesia) Bogor – Indonesia
6. Anggota Supporter GREEN PEACE International sejak 1981
7. Dewan Penyantun Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara
8. Anggota Dewan Pembina Yayasan UISU Medan
9. Anggota Dewan Pertimbangan Badan Amil Zakat (BAZ) Propinsi Sumatera Utara
10. Dewan Penasehat MABMI (Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia) Sumatera Utara-Indonesia
11. Dewan Pembina Center For English Learning (CEL) Medan
12. Dewan Pembina YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Medan
13. Penasehat PARSI (Persatuan Artis sinetron Indonesia) Sumut
14. Pendiri “YASRI” (Yayasan Sumatera Lestari) Sumatera Utara-Indonesia
15. Ketua & Pendiri Pesantren H.MOHAMMED Sumatera Utara-Indonesia
16. Dewall Pembina HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) Sumatera Utara-Indonesia
17. Dewan Pembina LPPTKA (Lembaga Pembinaan Pengembangan Taman Kanak-kanak AI-Quran) Sumatera Utara
18. Anggota Luar Biasa Kwartir Daerah Gerakan PRAMUKA Sumatera Utara-Indonesia
19. Pembina “Sinar Budaya Group” / L.K.MABMI MedanOrganisasi Usaha
1. Dewan Pembina REI (Real Estat Indonesia) Sumatera Utara
2. Dewan Kehormatan BPP-HIPMI (Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)
3. Dewan Penasehat Asosiasi Kota Bersaudara Medan-Ichikawa,Sumatera Utara-Indonesia
4. Dewan Pembina AMI (Asosiasi Manajer Indonesia) Medan,Sumatera Utara-Indonesia
5. Dewan Pembina IMA (Indonesia Marketing Association) Sumatera Utara-Indonesia
6. Dewan Pembina LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia) Sumatera Utara
7. Dewan Pengurus BKS-PPS (Badan Kerja sama Perusahaan Perkebunan) Sumatera Indonesia Organisasi Olahraga
1. Regional Representatives Safari Club International (SCI) untuk China dan Jepang
2. Staf Khusus Pengurus Besar FORKI (Federasi Olahraga Karate-do Indonesia) Jakarta
3. Ketua Umum Pengda FORKI (Federasi Olahraga Karate-do Indonesia), Sumatera Utara-Indonesia
4. Ketua Bidang Luar Negeri Pengurus Besar PERBAKIN
5. Penatar Nasional PB.PERBAKIN (Pengurus Besar Persatuan Menembak sasaran dan Berburu seluruh Indonesia
6. Ketua Umum CAKRA SHOOTING & HUNTING CLUB, Sumatera Utara-Indonesia
7. Ketua Umum Pengda PAVI-SU (Persatuan Atlit Veteran Indonesia) Sumatera Utara-Indonesia
8. Dewan Penyantun KONI Sumatera Utara
9. Ketua Koordinator REPALA (Remaja Pencinta Alam) Sumatera Utara-Indonesia 10. Dewan Penasehat Pengurus Daerah PBI (Persatuan Bowling Indonesia)
11. Pembina Pengurus Daerah Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia (PERKEMI) Sumut.Kegiatan Sosial
1. Pendiri “International Wildlife Museum & Gallery”, satu-satunya di Asia untuk Pendidikan Konservasi
2. Anggota Kehormatan Rotary Club, Sumatera Utara-Indonesia
3. Anggota Kehormatan Lions Club, Sumatera Utara-Indonesia
4. Bapak Angkat Tetap dari beberapa Pengusaha Kecil & Industri-indusri Kecil di Indonesia
5. Bapak Angkat dan Donatur Tetap dari beberapa Orang Anak Asuh
6. Donatur Tetap bagi Pendidikan Anak-Anak Cacat Mental
7. Membangun & Merenovasi Bangunan beberapa Masjid di Sumatera Utara
8. Membangun & Merenovasi Bangunan beberapa sekolah di Sumatera Utara
9. Membangun & Merenovasi rumah-rumah kumuh di Sumatera Utara
-Memberikan Bantuan Rutin Untuk Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Usaha Kecil, Masyarakat Tidak Mampu (Pra Sejahtera) Dan Kegiatan-Kegiatan Sosial Lainnya.Hobby
A. “International Hunter “
Pemburu Internasional & Perburuan legal dalam rangka Konservasi Alam, mencegah kepunahan binatang-binatang liar di dunia dengan konsep “Konservasi Dengan Pemanfaatan” yang telah diterapkan oleh hampir seluruh negara
B. “Scuba Diving” (Menyelam), memiliki sertifikat Internasional
C. “Big Game Fishing” memancing ikan-ikan besar dengan alat khusus bagi jenis dan ukuran ikan tertentu.
D. Anggota beberapa Golf Club Indonesia & Internasional
E. Menyediakan/mendirikan penangkaran satwa liar untuk mengembangkan populasi satwa dan pendidikan konservasiBisnis & Sport Club
A. Anggota Seumur Hidup (Life Member) “Safari Club International”
B. Anggota Seumur Hidup (Life Member) “International Professional Hunters Association” Afrika
C. Anggota Seumur Hidup “Mercantile Club” Jakarta-Indonesia
D. Anggota Seumur Hidup “Exchange Club International” Medan
E. Anggota “Medan Club”, Indonesia
F. Anggota Golf Club “Graha Helvetia” Indonesia
G. Anggota Golf “Bukit Barisan” & Country Club, IndonesiaPrestasi
Telah masuk di Record Book, SCI USA
Telah menerima Dangerous Game Of Africa
Telah memperoleh SCI Master Measurer
Telah mendapatkan beberapa Gold Award dari SCI USA
Namanya telah tertera di dinding Museum Safari Club International di Tucson Amerika
Memiliki Colonel Award Canada
Beberapa kali Juara Target Shooting Junior 1970-an
Beberapa kali Juara I Bowling dan Pemain Nasional
Beberapa kali Juara Safari Wisata Buru
Beberapa kali Juara Bilyard Medan Club
Juara I Signal Hunting Radio (Orari) 1980-an
Tahun 1991 terpilih sebagai “Pria Berbusana Terbaik Indonesia”
Tahun 1992 terpilih sebagai “Pria Super”
Tahun 1993 terpilih sebagai “Man of the Year”
Tahun 1993 terpilih sebagai “Tokoh Populer”
Tahun 1995 dinobatkan sebagai “Top Executive Indonesia”
Tahun 1997 terpilih sebagai Pria Berbusana Rapih & Serasi
Tahun 1998 dinobatkan sebagai Tokoh Citra Mandiri Pria Indonesia
Tahun 2000 menerima Lencana Emas dari Pers sebagai Tokoh Pengusaha Pendiri Museum satwa liar Internasional Pertama di Asia
Tahun 2000 menerima penghargaan dari Museum Record Indonesia (MURI)Penghargaan Internasional
“Safari Club International” tahun 1988
“Profesional Hunters Association Of South Africa, Reno,Nevada,USA tahun 1990
“Official Measurer, USA, Tahun 1990 dan Tahun 1991
“SCI World Hunting Award” di Amerika tahun 1994
“Hunting Achievement Award”,Tahun 1994
“Trophy Animals Of South Of Pacific”, Tahun 1994
“Top Ten Award”, Tahun 1994
“International Conservation Award” di Amerika tahun 1995 & 1999
“Master Measurer, USA, Tahun 1995
“The Big Five Grand Slam International Award” di Amerika tahun 1996
“International Best Executive Awards” di Jakarta tahun 1996
“Asean Development Citra Awards” di Jakarta tahun 1996
“International Development Best Economic Executive Awards” di Jakarta tahun 1997
“National Geographic Society” tahun 1998
- Dan Penghargaan-penghargaan Internasional lainnya yang berbentuk Plakat, Fandel, trophy dan lain-Iain. Penghargaan Nasional
Sahwali Award, Bali, tahun 1993 sebagai pengusaha berwawasan lingkungan
Indonesia Forum, “Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand”, (IMTGT) tahun 1993
Pengurus Besar PERBAKIN, Jakarta, tahun 1993
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1996
PRIMANIYARTA (Pengusaha paling berprestasi bidang Ekspor Non Migas) dari Presiden R.I, Jakarta, tahun 1997
Real Estate Indonesia, Tahun 1997
Pengurus Besar Dharma Pertiwi, Tahun 2000
Menteri Lingkungan Hidup RI, sebagai Nominasi Peraih Penghargaan Kalpataru 2001
- Dan Penghargaan-penghargaan Nasional lainnya yang berbentuk Plakat, Fandel, trophy dan lain-Iain.Penghargaan Daerah
Bupati KDH. Tk.II Labuhan Batu, Rantau Prapat, tahun 1991
Yayasan Sultan Iskandar Muda, sebagai orang tua asuh, Medan, tahun 1992
Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Medan, tahun 1992
Panitia Seminar Sehari GPDT -MHB, Medan, tahun 1993
PERBAKIN, Safari Wisata Buru, Piala GUBSU IV, tahun 1994
Keluarga Besar REPALA (Remaja Pencinta Alam), Medan, Tahun 1994
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Cabang Medan, Medan, tahun 1994 Pengda Perbakin tahun 1995
Panglima Kodam I/ Bukit Barisan, Medan, tahun 1995
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Medan, tahun 1995
Universitas Sumatera Utara, Medan, tahun 1995
Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Lomba Lintas Wisata Alam Tahura Bukit Barisan II, tahun 1995
Yayasan Perguruan Husni Thamrin, Medan, tahun 1995
Yayasan Arief Rachman Hakim (Eksponen 66) Sumatera Utara, Medan, tahun 1995 Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Medan, tahun 1996
Tokoh Wartawan Terbaik 1996, Medan, Tahun 1996
Panglima Komando Daerah Militer I / Bukit Barisan, Medan, tahun 1997
DPD Tk.I Generasi Muda KOSGORO Sumatera Utara, Medan, tahun 1997
Komite Nasional Pemuda Indonesia, Sumatera Utara, Medan, 1997
Pemuda &Lingkungan Hidup,tahun 1997
Jhon Robert Power, Medan, tahun 1998
Gubernur KDH Tk.I Sumatera Utara, untuk Pendirian Museum, Gallery Satwa liar Satu-satunya di Asia tahun 1998
Inkubator Bisnis & Teknologi, Universitas Sumatera Utara “CIKAL”, tahun 1998
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN), Propinsi Sumatera Utara, Medan, tahun 1999
Komite OlahRaga Nasional Indonesia (KONI) Sumatera Utara, Medan, tahun 1999 Paviliun Rumah Adat Melayu Sumatera Timur, tahun 1999
Perguruan Karate Full Contact KALA HITAM, Medan Sumatera Utara, Tahun 1999 Perbakin, Kapoldasu Cup, tahun 1999
IMABI (Institute Management of Business Modern), Tahun 1999
Giriwana Wisata Alam Sumatera Utara ke VII & Kemah Kerja Konservasi, Tahun 2000
Komite. Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Sumatera Utara, Medan, tahun 2000 Universitas Negeri Medan (UNIMED), Tahun 2000
Himpunan Pemuda Nias Indonesia (HIPNI), Tahun 2000 .Leo Club Medan Prima, Tahun 2000
Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara I Medan
- Dan Penghargaan-penghargaan lainnya yang berbentuk Plakat, Fandel, Trophy dan lain-Iain.
Pengusaha sukses dan diplomat yang memperoleh gelar Lord of Rudge dari Inggris, ini telah memperoleh sejumlah penghargaan di tingkat nasional maupun internasional dalam berbagai bidang. Pendiri dan pimpinan Rahmat International Wildlife Museum & Gallery, Medan, satu-satunya di Asia untuk pendidikan konservasi, ini seorang pemburu dan petualang yang telah menjelajahi hutan belantara, menyelami sungai dan laut di berbagai belahan dunia. Ia satu-satunya putera Indonesia yang namanya masuk buku Great Hunter dan orang Indonesia pertama memperoleh African Big Five Grand Slam Award.Kita hidup dengan apa yang kita dapat tetapi kita membuat kehidupan dengan apa yang kita berikan. Begitu kata pengusaha, anggota
MPR-RI dan diplomat, ini mengungkap prinsip hidupnya. Ia seorang putra Indonesia yang telah banyak mengharumkan Indonesia di mancanegara. Sebagai seorang pengusaha sukses ia telah banyak membantu pembangunan sarana olahraga, pendidikan, tempat ibadah, tempat hiburan masyarakat, membangun museum satu-satunya di Asia, dan melakukan kegiatan sosial di mana-mana, khususnya bagi warga yang benar-benar membutuhkannya.
Tidaklah heran bila ada yang berkata,” Andai hati semua orang berpunya sepertinya, Alangkah indahnya. Andai semua pengusaha seperti beliau, barangkali tidak ada lagi kesenjangan sosial yang setiap saat bisa memicu kerusuhan. Ah seandainya !” Kalimat di atas merupakan penggalan dari sepotong surat yang dikirim oleh seorang guru SMP di kota Medan ke Harian Waspada dan dimuat di rubrik “Surat Pembaca” 17 Maret 1997. Surat tersebut menggambarkan kekaguman sosok rakyat biasa terhadap Rahmat yang dikenalnya lewat berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan.
Rahmat Shah lahir tanggal 23 Oktober 1950 setelah 12 bulan dikandung oleh ibunya, Hj. Syarifah. Ia anak laki-Iaki kedua dalam keluarga besar Gulrang Shah. Kakak lelakinya, Anif Rahmat adalah anak keenam, tiga saudara lain di atasnya semuanya wanita. Sebetulnya ada satu lagi kakak Rahmat, Habib Shah namanya, namun meninggal dunia di zaman revolusi saat berusia lebih kurang lima tahun. Keluarga Rahmat tergolong keluarga besar, yakni 16 bersaudara, delapan lelaki dan delapan wanita. Mereka semua tinggal di sebuah kota yang bernama Perdagangan, Simalungun, Sumatera Utara.
Semasa kecil Rahmat adalah seorang anak yang aktif. Ia suka berenang, memancing, menjala ikan, dan berburu ke hutan dengan ketapel. Kesenangannya pada hewan-hewan langka dan berbisa juga telah kelihatan sejak kecil.
Ayahnya sangat keras menanamkan prinsip-prinsip hidup yang baik kepada semua anak-anaknya, terutama tentang hidup disiplin, kerja keras, jujur dan cara hidup hemat. Selama Rahmat sekolah di Medan, mereka diberi bekal sangat terbatas untuk kebutuhan sehari-hari. Bukan ia tidak mampu, tetapi ingin semua anaknya terbiasa belajar hemat agar kelak bisa menjadi orang yang berhasil dan berguna serta bisa mengatur kehidupan sesuai dengan apa yang dimilikinya.
Saat duduk di bangku sekolah, entah karena memegang prinsip hidup yang diajarkan orang tua, prestasi Rahmat di bangku sekolah berjalan biasa-biasa saja. Bahkan rankingnya hampir selalu berada di urutan bawah.
Namun hal itu tidak membuatnya rendah diri dan kehilangan ia malah pandai bergaul. Ia bergaul dengan siapa saja, tanpa pandang bulu. Prinsip yang dipegang dalam pergaulan: ‘selalu menepati janji, rajin, ramah dan sopan, serta tanpa pamrih.’ Sikap yang membuatnya cepat akrab dan mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan di Indonesia dan negara lainnya.
Soal kebolehan bergaul di masa remaja, ada cerita tersendiri. Di tahun 70-an, ia merupakan remaja berpostur tubuh tinggi dan berwajah tampan sehingga menjadi idola remaja. Dalam Festival Medan Fair ia terpilih sebagai “Pangeran Muda” sebuah simbol kesuksesan, ketampanan dan kegagahan kaum muda Medan saat itu. Hanya bedanya, ia sangat pemalu sehingga selalu diganggu dan dikejar-kejar karena membuat penasaran lawan jenisnya. Ketika ditanya, kenapa ia tidak mempedulikan wanita? Dijawabnya, karena ia belum sukses dan tidak punya uang untuk mentraktir mereka. Ia malu dan tidak pantas kalau harus dibayari dan dibiayai hidup oleh wanita.
Ketampanan tidak membuatnya hanyut atau terperosok jauh ke dalam hingar-bingar pergaulan remaja. Ia berusaha membatasi diri, tetap bekerja keras untuk menggapai cita-citanya sambil tetap bergaul dan aktif berolahraga. Olahraga yang diminatinya adalah boling, biliar dan menembak. Ia juga bermain radio amatir. Ia beberapa kali menjadi juara pada hampir semua olahraga yang ditekuninya. Ketika ditanya, kenapa ia dengan mudah mendapat juara? Dijawabnya dengan singkat, “Untuk menjadi juara sangat mudah tetapi dituntut disiplin yang tinggi dalam latihan dan percaya diri serta mental yang baik jangan selalu berdalih dalam kejuaraan atau pun pertandingan”.
Kala anak-anak muda seusianya asyik menikmati keindahan dunia remaja, ia malah tetap sibuk bekerja keras di sebuah bengkel mobil milik keluarga untuk mencapai tekadnya. Hampir setiap hari ia bermandi keringat dan berlumur oli kotor. Setiap hari ia mengayuh sepeda membawa alat-alat mobil yang berat dan besar ukurannya hingga berpuluh kilometer jauhnya. Dengan kerja keras itulah ia kemudian tertempa menjadi seorang montir serta pekerja yang handal. Sejak usia remaja (lebih kurang 14 tahun) ia sudah terbiasa melakukan proses belajar sambil bekerja learning by doing.
Ia rajin, ulet dan cepat beradaptasi dengan pekerjaan. Anif, kakaknya bertutur: “Saya selalu menugasinya membeli spare parts dengan mengendarai sepeda. Amat orangnya cekatan. Memakai tas punggung belakang sambil membawa plat baja dan tas besar yang diletakkan di boncengannya, ia mengayuh sepeda membawa pesanan spare parts dan peralatan berat untuk diperbaiki oleh tukang bubut. Karena kerajinannya, tepat janji dan ramah, salah seorang tukang bubut langganan bengkel saya, Pak Simin sangat sayang padanya dan memberinya seekor domba.”
Karena harus bekerja guna mencapai cita-citanya ia terbiasa bangun pagi pukul enam dan sering kembali ke rumah dari bekerja dengan tangan, muka dan badan hitam-hitam kena oli kotor. Tidak jarang tiba di rumah sudah larut malam dan langsung terbaring kelelahan terkadang tanpa makan. Banyak sekali pengalaman pahit dan terhina yang dialaminya saat itu, akan tetapi justru hal tersebut yang memacu dan memotivasinya bekerja keras agar dapat berhasil sesuai dengan tekadnya.
Begitulah pengorbanan dan perjuangan Rahmat. Ia merelakan sebagian masa remajanya yang indah dilalui dengan kerja keras. “Saya hampir tak punya kesempatan melewati serba-serbi masa remaja. Selalu sibuk bekerja dan belajar seluk-beluk usaha. Saya ingin menjadi seorang yang sukses,” tuturnya. Keinginan mencapai sukses merupakan motivasi dan pemicu yang kuat. “Saya harus sukses dan punya agar bisa membantu keluarga, teman-teman, bangsa, dan negara,” begitu tekad yang sudah tertanam di dalam hatinya sejak usia muda.
Kepribadiannya yang memiliki semangat bekerja keras dan ulet, membuat Surya Paloh, pengusaha muda Medan yang sukses saat itu, menaruh simpati. Suatu hari, Surya Paloh (kini pengusaha dan publisher terkemuka di Indonesia pemilik Surat Kabar Media Indonesia, Lampung Pos, Metro TV, dan berbagai usaha besar lainnya), mengajak Rahmat bergabung, bekerja pada perusahaan miliknya, PT Ika Diesel. Perusahaan ini menjadi agen tunggal mobil Ford dan memiliki workshop (bengkel) khusus yang lengkap, serta pembuat berbagai karoseri untuk badan truk dan bus berbagai model yang saat itu satu-satunya di Sumatera Utara.
Rahmat menyambut tawaran itu dengan senang hati. Baginya bekerja di perusahaan mobil dan bengkel tidaklah sulit karena telah punya pengalaman bekerja di bengkel. Jabatan pertama di PT Ika Diesel sebagai workshop manager. Semua tugas dikerjakan dengan baik, bahkan seringkali melampaui target yang diberikan oleh bosnya.
Saat bekerja di perusahaan tersebut, menurut Kwik Sam Ho (A HO), rekan kerjanya, Rahmat mampu melakukan lobi-Iobi yang luar biasa, terutama menerobos pasar asuransi dan perkebunan. Hampir semua merek kendaraan, di antaranya Toyota, Daihatsu, Chevrolet, Volks Wagen (YW), dan Ford menjadi langganan PT Ika Diesel karena approach dan janji Rahmat yang tepat. Ia selalu melakukan pekerjaan seperti perusahaan itu adalah miliknya. Itulah yang membuat karir dan namanya terus melejit dan dipercaya di mana-mana. Karirnya terus berkembang hingga ia dipercaya menjadi kuasa direksi dan akhirnya menjadi mitra usaha.
“Kepercayaan penuh telah diberikan, semua fasilitas sudah ada, tinggal bagaimana meningkatkan prestasi yang dapat menguntungkan usaha. Untuk dapat menjangkaunya, kita harus konsentrasi pada pekerjaan, melakukan segala sesuatu dengan segera sebagaimana mestinya serta harus menganggap perusahaan itu milik kita, sehingga dapat merasakan pahit ruginya dan manis untungnya,” kenang Rahmat.
Dua bersaudara, Surya Paloh dan Rusli Paloh, merupakan atasannya yang selalu memberi kesempatan dan mendorongnya agar berkembang menjadi seorang pengusaha. Melihat cara kerja, penampilan dan wawasan Rahmat yang mengesankan, mereka berdua yakin suatu saat Rahmat bisa menjadi orang sukses.
Atas perkenan dan dukungan kedua bosnya, Rahmat berhenti dari PT Ika Diesel. Kemudian ia membuka usaha sendiri. Tahun 1980 ia mendirikan PT Unitwin Indonesia yang bergerak dalam keagenan berbagai produk dari dalam dan luar negeri, di samping supplier dan kontraktor.
Ramalan Surya Paloh dan Rusli Paloh tentang masa depan Rahmat, menjadi kenyataan. Begitu ia membuka usaha sendiri, nama Rahmat cepat berkibar dan terkenal sebagai pengusaha muda yang ulet dan tangguh. Dalam waktu relatif siligkat, kegiatan usahanya merambah ke berbagai proyek berskala besar. Mulai dari proyek pembangunan pabrik, jalan, irigasi, perumahan, sampai memasok alat-alat berat untuk perusahaan perkebunan. Wilayah ekspansinya terus meluas hingga ke Jakarta, Kalimantan, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang, Korea, USA dan Kanada.
Ia kemudian memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan memimpin usahanya dari sana pada tahun 1984, bersama isterinya yang cantik, Rose, gadis Melayu asal Singapura yang disuntingnya pada tahun 1983 ketika berusia 33 tahun, yang memberinya tiga anak, satu puteri dan dua putra.
Selama tinggal di kota metropolitan, ia mengembangkan diri ke pergaulan bisnis yang lebih luas. Tekadnya untuk menjadi salah seorang pengusaha nasional yang tangguh makin besar. Ia bergaul dengan orang-orang penting, mulai dari birokrat, politisi, sampai militer.
Dua orang jenderal yang kemudian dianggap sebagai pengganti orang tua di perantauan yang selanjutnya menjadi mitra usahanya ialah Jenderal TNI Widjojo Soejono, mantan Kaskopkamtib, dan Jenderal Pol. Widodo Budidarmo, mantan Kapolri. Bersama mereka, ia mendirikan PT Wiraco yang bergerak dalam perdagangan dan keagenan dari USA, Kanada, Singapura dan beberapa negara lainnya.
Melalui kepemimpinannya yang ulet, gigih dan pantang menyerah, perusahaan ini berhasil memenangkan sejumlah tender proyek besar, di antaranya menjadi pemasok produk luar negeri dan Robco Canada untuk sejumlah perusahaan industri besar, seperti PT Krakatau Steel, Semen Padang, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung, PT PAL dan lain-Iain industri besar yang membutuhkan produk mereka.
Dalam mengembangkan usahanya, Jenderal TNI Widjojo Soejono memiliki filosofi jitu yang hingga saat ini tetap dipegang dan diamalkan Rahmat, “Low Profile, High Profit”.
Dari Jakarta, Rahmat juga membuka dan mengendalikan PT Agrowiratama, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit dan kakao dengan luas areal mencapai lebih kurang 11.000 hektar di Padang. Suatu hal yang patut menjadi kebanggaan baginya, ketika perusahaan besar dari beberapa negara, Kanada, USA, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia, mendirikan sebuah perusahaan patungan (joint venture) di Singapura. Ia dipercaya menjadi Presiden Direktur. Suatu kepercayaan internasional yang tidak mudah mencapainya.
Tahun 990, tatkala Gubernur Sumatera Utara mencanangkan program gerakan Marsipature Hutana Be, semacam ajakan kepada pengusaha kelahiran Sumut yang telah sukses di perantauan agar kembali memperhatikan tanah kelahiran, hati Rahmat tergugah. Setelah kurang lebih delapan tahun menetap di Jakarta, ia memilih untuk kembali ke daerah asal kelahirannya, Medan, Sumatera Utara. Ia kembali justru ketika begitu banyak peluang dan kesempatan di ibukota.
Di Medan, ia mendirikan pabrik pengolahan aluminium PT Cakra Aluminium Industry (CAI), bekerja sama dengan salah seorang pengusaha daerah yang kemudian berubah menjadi Cakra Compact Aluminium Industries dan statusnya menjadi perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) karena bermitra dengan Compact Metal Industry, sebuah perusahaan Singapura.
Saat ini PT Cakra telah go public di Singapura, juga telah menerima sertifikat 1S0 9002. Selain itu, PT Cakra telah mengirimkan para tenaga kerjanya untuk belajar ke berbagai negara Eropa dan Asia. Hasilnya saat ini produksinya lengkap terpadu (integrated). Artinya, segala yang menyangkut aluminium dapat dilakukan oleh PT Cakra dari awal peleburan hingga tinggal pakai dengan kualitas standar internasional.
Ia kembali menghidupkan PT Unitwin yang pernah ditinggalkan ketika ia hijrah ke Jakarta. Perusahaan itu kini kembali berjalan efektif mengelola berbagai kegiatan usaha: real estate, ekspor-impor, perdagangan, serta kontraktor. Salah satu karyanya yang kini sudah dinikmati manfaatnya oleh sebagian masyarakat kota Medan ialah Perumahan Cemara Hijau di Jalan Metal.
Dalam usaha perumahan yang dibangunnya ternyata membutuhkan perjuangan yang cukup berat, mungkin Rahmatlah satu-satunya pengusaha yang mampu mengalahkan Grup Lamtoro pada saat lelang penjualan lahan perumahan di Indonesia. Pihak Lamtoro merupakan milik keluarga Cendana, sehingga tidak ada yang bisa mencegah apa yang mereka inginkan saat itu. Rahmat cukup repot dan mengalami kesulitan menghadapi oknum Grup Lamtoro yang berupaya mengganjal usahanya. Namun, Rahmat yang berasal dari desa, dapat mengatasinya hanya dengan kuasa Tuhan Yang Mahakuasa.
Ia bergabung kembali di Medan Club, sebuah klub eksk1usif yang berdiri sejak tahun 1879. Tidak berapa lama kemudian, ia memberi penataran Perbakin di Medan Club.
Lalu, ia mencalonkan diri dan terpilih sebagai Ketua termuda dan langsung mengadakan renovasi, pembangunan, dan penertiban.
Penertiban yang dilakukannya pada awal memimpin klub dengan mengeluarkan 14 orang anggota yang tidak melaksanakan kewajibannya dan tiga orang pengurus yang tidak bisa menjaga amanah yang diberikan anggota. Dua tahun setelah habis masa jabatannya, ia terpilih kembali untuk periode selama empat tahun.
Keberhasilannya mengembangkan dunia usaha dan kegiatan sosial kemasyarakatan menarik perhatian para duta besar serta diplomat asing dari berbagai negara ketika melakukan kunjungan kerja ke Medan, Sumatera Utara. Rahmat oleh Kadin Sumut, sesuai dengan jabatannya dipercaya menjamu belasan duta besar dari berbagai negara di pabriknya PT Cakra. Di antara para duta besar itu terdapat duta besar dari Republik Turki.
Melihat posisi strategis Rahmat dan potensi wilayah Sumatera Utara untuk kerjasama perdagangan bilateral, beberapa negara menawarkan kepadanya untuk menjadi diplomat mereka. Tetapi Rahmat memilih negara Turki karena negara ini bergabung dalam NATO dan memiliki latar belakang sejarah yang sangat luar biasa. Tahun 1995 ia resmi diangkat menjadi Konsul Jenderal Kehormatan Republik Turki untuk hubungan perdagangan langsung meliputi wilayah Sumatera.
Langkahnya mengembangkan dunia usaha di daerah membuat ia terpilih menjadi Warga Negara Indonesia yang mempunyai posisi terhormat dan memperoleh sejumlah penghargaan. Tahun 1999, ia memperoleh anugerah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Lincoln, San Fransisco, Amerika Serikat, atas prestasinya memadukan perkembangan dunia usaha dengan pertumbuhan ekonomi di daerah. Disertasinya untuk meraih gelar doktor tersebut mengulas tentang “Peranan Dunia Usaha sebagai Penopang Perekonomian Daerah.”
Sebelumnya, tahun 1993, ia menerima penghargaan “Sahwali Award” dari satu Badan Pengawas Lingkungan dan Pemerintah di Bali, sebagai pengusaha yang berwawasan lingkungan. Kemudian tahun 1997, ia mendapat anugerah “Primaniyarta” dari Presiden Republik Indonesia yang diterima di Istana Negara karena perusahaannya dinilai paling berprestasi mengembangkan usaha ekspor non migas, tidak bermasalah dengan lingkungan, buruh, bank, pajak dan pihak-pihak lainnya, justru di tengah krisis ekonomi di mana sebagian besar perusahaan di tanah air sedang mengalami kehancuran.
Petualang Dunia
Kesenangannya pada alam, berburu, berenang, menyelam dan memancing kini bukan lagi dilakukan di pinggir hutan dan di sungai Bah Bolon dekat rumah orang tuanya di kampung. Kini ia melakukan itu semua di tempat-tempat yang jauh dari tanah kelahirannya, di berbagai negara, tempat ia bisa belajar tentang arti penting pelestarian lingkungan hidup. Ia pernah menjelajahi hampir sebagian besar hutan belantara mancanegara, menyelami sungai panjang dan laut dalam di berbagai negara, seperti Amerika, Kanada, New Zealand, Australia, Turki, Spanyol, Kazakhstan, Rumania, sebagian besar Afrika, dan belahan dunia lainnya.
Ia telah memperoleh sejumlah kepercayaan dan penghargaan bergengsi di tingkat nasional maupun internasional di bidang pelestarian lingkungan hidup. Ia juga berburu untuk konservasi yang telah nyata penerapan dan hasilnya di hampir seluruh negara. Ia adalah satu-satunya putera Indonesia yang kini namanya masuk buku Great Hunter dan orang Indonesia pertama yang memperoleh African Big Five Grand Slam Award.
Namanya juga tercantum dalam Record Book dan tertera di dinding Museum Safari Club International (SCI) di Tucson, Amerika. Dia juga telah menerima International Conservation Award, Dangerous Game of Africa, memperoleh World Hunting Award, mendapat puluhan Gold Award, sebagai SCI Master Measurer, dan telah menerima penghargaan-penghargaan tertinggi dunia lainnya. Ia merupakan anggota seumur hidup Safari Club International dan International Professional Hunter Association, ia dipercaya untuk ketigakalinya menjadi Ketua Regional Representative SCI untuk negara China dan Jepang serta anggota supporter Green Peace International selama puluhan tahun.
Rahmat menginginkan pengalamannya yang beragam dan unik, terutama dalam kegiatan pembinaan dan berburu, bisa juga dinikmati orang lain. Untuk itu, ia mengabadikan semua hewan liar hasil buruannya dengan mendirikan dan mengelola Museum dan Galeri satwa liar bertaraf internasional pada tanggal 14 Mei 1999 yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Juwono Sudarsono. Satu-satunya museum satwa di Asia yang memamerkan lebih kurang 600 jenis satwa liar dunia, sebagian hasil buruannya dari berbagai negara, hewan-hewan mati dari taman hewan, dan pembelian secara legal serta pemberian teman-teman dari beberapa negara.
Dalam kurun waktu dua tahun, eksistensi dan aktivitas museum ini telah beberapa kali meraih penghargaan, di antaranya masuk dalam Museum Record Indonesia (MURI) dan Piagam Penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang masuk nominasi calon penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2001 dalam rangka Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2001 dan penghargaan-penghargaan internasional lainnya.
Di museum ini terdapat bukti tentang betapa concern Rahmat dengan konservasi. Tahun 1995, saat diadakan konferensi di Amerika, ia meraih penghargaan International Conservation Award, penghargaan tertinggi konservasi. Ia ingin Amerika dan negara-negara lainnya tahu bahwa Indonesia juga sangat peduli pada penyelamatan kepunahan hewan-hewan yang ada. Itu dibuktikannya ketika ia memenangkan lelang foto tiga Presiden Amerika serikat masing-masing Gerald Ford, George Bush dan Bill Clinton sedang bermain golf bertiga. Hal ini merupakan kejadian langka yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lelang pertama yang sangat langka itu dimenangkannya dengan nilai US $ 16.500. Dananya disumbangkan untuk kepentingan konservasi. Saat ini foto tiga Presiden di lapangan golf tersebut ada di museumnya.
Di dalam negeri, ia mendapat kepercayaan menjadi pengurus sejumlah organisasi menembak, taman hewan, dan lingkungan hidup, permuseuman, misalnya Pengurus Besar Perbakin (Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Indonesia) selama empat periode, sampai saat ini dipercaya sebagai Penatar Nasional, pengelola Taman Hewan Pematang Siantar (Siantar Zoological Park), dan Dewan Pembina Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (FOKSI) dan Bendahara Umum Badan Musyawarah Museum Indonesia (BMMI).
Ia kini dikenal sebagai pengusaha, diplomat, pemburu kelas dunia, dan politisi (tahun 1999 terpilih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Utusan Daerah Sumatera Utara), banyak membina dan memimpin organisasi. Sejumlah organisasi usaha dan kemasyarakatan yang turut dibinanya antara lain sebagai Dewan Kehormatan BPP HIPMI, Dewan Pembina Real Estate Indonesia (REI) Sumatera Utara, Dewan Pembina Asosiasi Manajer Indonesia (AMI), Dewan Pengurus Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS), Ketua Medan Club selama tiga periode (10 tahun), Ketua Dewan Pakar Inkubator Bisnis USU, pendiri Yayasan Rahmat, pendiri Yayasan Sumatera Lestari (Yasri), pendiri Pesantren H. Mohammed, Dewan Pembina YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Medan, Dewan Pembina Yayasan UISU Medan, Dewan Penasehat Majelis Adat Budaya Melayu, dan Dewan Penyantun IAIN Sumatera Utara.
Peduli Sosial
Kiprahnya dalam kehidupan sosial bukanlah sesuatu yang istimewa. Baginya memberi bantuan merupakan sesuatu yang biasa dan mengalir begitu saja, meskipun sebagian besar orang menganggap apa yang dilakukannya di bidang sosial sebagai hal yang luar biasa.
Ini telah dibuktikannya, dengan memberi bantuan yang sangat dibutuhkan masyarakat sekitar lingkungan usaha berupa tempat ibadah, sekolah dan lain sebagainya. “Dua pertiga hidup saya saat ini untuk kegiatan sosial,” katanya.
Banyak orang datang dan menyuratinya. Ada yang meminta modal untuk berjualan, membeli becak, biaya pendidikan dan sebagainya. Umumnya permintaan mereka dikabulkan meski dengan persyaratan bantuan yang diberikan harus benar-benar sesuai untuk keperluannya. Jika ia mengetahui dari pemberitaan di media massa atau sumber lain ada orang yang mengalami kesulitan dan sangat tersiksa atau merana tanpa bisa mengatasi karena tidak mempunyai biaya, ia langsung mengirimkan staf untuk mengecek kebenarannya, kemudian mengirimkan bantuan yang pantas dan sesuai kebutuhan.
Panggilan Moralitas Politik
Kehadirannya di dalam dunia politik ditempuh melalui jalan yang cukup berliku. Semula bergabung dan aktif di Golongan Karya (Golkar), sempat terpilih menjadi salah seorang jurkam (juru kampanye) terbaik dan telah banyak memberi kontribusi waktu dan dana. Belakangan merasa kecewa karena perjuangannya mendorong dan menampung aspirasi rakyat kurang mendapat dukungan dari para oknum elit di partainya. Ketika Pemilu 1999 berlangsung dan saat Golkar secara resmi berubah menjadi partai, ia menyatakan keluar dari Golkar dan bersikap netral.
Tatkala mendapat kesempatan untuk menjadi anggota MPR Utusan Daerah Sumut, ia diharuskan memilih salah satu partai. Pilihannya jatuh pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai berlambang Ka’bah ini dianggap cukup fokus dan konsekuen dalam memperhatikan serta mempedulikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat serta konsisten dengan perjuangan demi bangsa dan negara.
Ketika ia dianggap cukup berjasa dalam menyukseskan Sidang Istimewa MPR yang lalu, sejumlah teman-temannya di PPP dan tokoh-tokoh masyarakat di daerah berharap dan menyarankan agar ia mengambil peluang dan kesempatan duduk di posisi penting di pemerintahan. Tetapi apa kata Rahmat “Ibarat saya sedang duduk di depan meja makan. Semua jenis menu makanan terbaik dan lengkap sudah tersedia di atas meja. Apakah saya harus mengambil makanan lain lagi di meja orang lain?”
Keluarga Segalanya
Banyak orang bertanya bagaimana Rahmat bisa membagi waktu untuk membina keluarga. Kapan dan bagaimana pula kiatnya bisa membangun hubungan harmonis dengan keluarga di tengah kesibukan mengurus usaha, kegiatan sosial politik, hobi dan lainnya. Banyak contoh di masyarakat mengenai keberhasilan seseorang dalam dunia usaha kegiatan sosial politik dan karir profesi tetapi gagal membina dan memiliki keluarga yang bahagia. Sebaliknya malah mengorbankan kepentingan isteri dan anak-anaknya. Kurang memperhatikan keluarga sehingga menjadi fatal akibatnya.
Maka, sepanjang hari Sabtu dan Minggu, biasanya ia menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Walau sedang di Jakarta, Singapura atau Malaysia, jika pekerjaan belum selesai pada hari Sabtu ia akan kembali ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga, menghindar dari berbagai acara undangan resmi. Saat liburan sekolah anak-anak, ia membawa seluruh anggota keluarga berlibur ke luar kota, ke luar daerah, atau ke mana saja. Kadang-kala juga mengajak keluarga masuk tengah hutan di berbagai belahan dunia. Pendeknya, ia selalu berupaya berkumpul dan makan bersama keluarga pada setiap hari Sabtu-Minggu. Hari untuk keluarga itu, diupayakan tidak terganggu oleh pekerjaan serta acara-acara yang tidak ada habisnya. “Saya beruntung mempunyai keluarga yang penuh pengertian sehingga saya berhasil mencapai posisi seperti ini,” katanya.
Seorang pengusaha, menurutnya, belum bisa disebut sukses bila tidak berhasil membangun keluarga. Pengusaha yang sukses selalu bersikap baik terhadap keluarga, memberikan perlindungan, memelihara, membesarkan dan memperlakukan isteri serta anak-anak dengan baik, agar mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan bermanfaat.
Karena keluarga pulalah, ia bersyukur karena tidak bisa berdansa dan menyanyi. Buatnya itu tidak masalah. Berarti Tuhan Yang Mahakuasa sayang dan tahu apa yang baik dan buruk untuk dirinya, sehingga ia bisa membatasi diri untuk keluar rumah seperti ke diskotek, night club, bergembira bersama orang-orang yang tidak dikenal sebelumnya yang penuh kepalsuan belaka yang tujuannya tidak lain hanya berfoya-foya dan menghamburkan harta. Ada hikmah tersendiri baginya, karena tidak bisa berdansa dan bernyanyi sebagai-mana teman-temannya.
http://pengusahamuda.wordpress.com/biografi
Arifin Panigoro
Simbol Kebangkitan Politik Pengusaha
Nama :Arifin Panigoro
Lahir:
Bandung, 14 Maret 1945
Agama:
Islam
Isteri:
Raisis A Panigoro
Anak:
Maera Hanafiah
Yaser Mairi
Pendidikan:
Lulusan Jurusan Elektro, Institut Teknologi Bandung, 1973
Mengikuti Senior Executive Programme Institute of Business Administration di Fountainebleau, Prancis yang dikoordinir oleh Kadin, 1979
Pengalaman Kerja :
:: PT Meta Epsi Duta Corporation (Komisaris Utama), sejak 1989
:: PT Inti Persada Multi Graha (Presiden Direktur), sejak 1994
:: PT Meta energi Petrasanga (Komisaris), sejak 1994
:: PT Energi Patranagari (Komisaris), sejak 1994
:: PT Apexindo Pratama Duta (Komisaris) sejak 1987
:: PT Citra Panji Manunggal (Komisaris Utama) sejak 1987
:: PT Meta Epsi Engineering (Komisaris Utama) sejak 1983
:: PT Meta Epsi Antareja Drilling Co.(Komisaris Utama) sejak 1983
:: PT Bina Karya Pariwisindo (Komisaris) sejak 1981
:: PT Meta Epsi Sarana Graha (Presiden Komisaris) sejak 1994
:: PT Meta Epsi Agro (Komisaris) sejak 1994
Jabatan Politik:
Ketua Fraksi PDI-P MPR RI 2002-2003
Organisasi :
:: Yayasan Padamu Negeri (Ketua Umum) 1991-sekarang,
:: Ikatan Alumni Elektro ITB (Ketua I ) 1989-sekarang,
:: Persatuan Insinyur Indonesia (Ketua Umum) 1994
:: Ketua DPP PDI-Perjuangan 1999
Sebelum Orde Baru tumbang tahun 1998, nama Arifin Panigoro hanya dikenal kalangan terbatas sebagai pengusaha di bidang perminyakan. Lingkaran pergaulannya lebih banyak dengan Pertamina dan pengusaha perminyakan internasional. Namun, ketika reformasi tengan “hamil tua” yang ditandai dengan maraknya aksi demonstrasi mahasiswa, kesadaran politik Arifin bangkit. Ia telah menjadi simbol kebangkitan politik pengusaha.
Tidak hanya itu, ia turut serta secara aktif membantu pergerakan mahasiswa, termasuk menyiapkan nasi bungkus untuk dikirim kepada mahasiswa yang tengah menggelar aksi di Gedung DPR Senayan, Jakarta.
Alumni Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1973 ini memulai usahanya tidak langsung menjadi bos di Meta Epsi Drilling Company (Medco). Sebelum tahun 1980-an, awalnya ia cuma sebagai kontraktor instalasi listrik door to door. Selanjutnya memulai proyek pemasangan pipa secara kecil-kecilan. Begitu ada proyek yang berdiameter besar, hal itu bukan porsi pengusaha lokal, melainkan pengusaha asing. Jadi, setiap Pertamina melakukan tender untuk pemasangan pipa besar, maka perusahaan asing yang menang karena untuk pipeline butuh peralatan berat. Peralatan itu umumnya hanya dimiliki oleh perusahaan asing.
Kondisi itu membuatnya berpikir, sebaiknya pengusaha lokal pun diberi kesempatan atau dibantu untuk bisa menangani pemasangan pipa besar dan tidak hanya diberi pekerjaan yang kecil-kecil. Tahun 1981 ia memberanikan diri untuk mulai masuk proyek pipanisasi yang berdiameter besar. Untuk pekerjaan itu, ia bekerja sama dengan perusahaan asing. Deal-nya, bila satu proyek selesai, bagi hasilnya adalah peralatan itu. Mitra setuju, proyek pun selesai. Sejak itu dengan alat tersebut ia mencari proyek ke mana-mana.
Selain menggandeng mitra asing, dukungan dan proteksi dari pemerintah amat diperlukan. Tidak mungkin pengusaha lokal yang baru berdiri dan tidak memiliki pengalaman dapat tiba-tiba bersaing dengan perusahaan asing yang berpengalaman di bidang perminyakan sela puluhan tahun. Menggandeng mitra luar dan dukungan pemerintah itu merupakan cara pengusaha lokal bisa membuka pintu ke bidang bisnis yang lebih luas. Dengan begitu, persaingan dengan perusahaan asing bisa dilakukan.
Semuanya dimulai dari tahapan membiasakan pengusaha lokal mengerjakan proyek besar. Contoh yang dialaminya dengan bendera usaha Medco tejadi pada tahun 1979-1980 ketika terjadi oil boom, Sekretariat Negara mengambil inisiatif untuk membangun kilang minyak karena ada tambahan anggaran. Pada saat itu, pemerintah berkeinginan untuk menyelipkan unsur pembinaan bagi pengusaha lokal, termasuk Medco. Saat itu, dalam pembangunan Kilang Cilacap, Medco dikawinkan dengan satu perusahaan asal Amerika Serikat. Akhirnya, Medco yang tidak tahu apa-apa tentang pemasangan pipa, menjadi mengerti.
Demikian juga saat memulai usaha pengeboran minyak tahun 1981, juga tak lepas dari bantuan pemerintah. Menurut Arifin, tahun itulah titik awal Medco menjadi besar. Pada waktu itu, ia memiliki kedekatan dengan Dirjen Migas Wiharso yang menginginkan ada pengusaha lokal dalam proyek jasa pengeboran. Kebetulan ada penyertaan modal pemerintah ke Pertamina, yang mau melakukan pengeboran gas di Sumatera Selatan.
Pemerintah mendorongnya untuk ikut tender, meskipun tidak punya peralatan ngebor. Pemerintah memanggil perusahaan asing yang berpeluang menang diminta untuk menyewakan alat, atau memakai orang-orang Medco sebagai mitra. Tujuan pemerintah waktu itu adalah untuk membesarkan pengusaha lokal. Namun, tanggapan dari perusahaan asing itu membuat Pak Wiharso tersingung dan batal. Lalu Pak Wiharso memintanya menggarap proyek itu sendirian. Arifin sama sekali tidak percaya dengan keputusan itu karena ia tidak memiliki pengalaman melakukan pengeboran.
Hasilnya, ia kelabakan karena proyek yang ditenderkan tahun 1979 sudah harus mulai dikerjakan pada tahun 1980. Dengan perasaan yakin, ia pun terima tantangan itu. Tahap awal ia instruksikan staf yang memiliki kemampuan bahasa Inggris untuk menjajaki pusat penjualan peralatan pengeboran di AS. Baru setelah ada kepastian dan diketahui harganya, ia terbang dari Jakarta ke Houston, AS. Perjalanan itu merupakan pengalaman pertamanya ke AS. Bermodal “bahasa Inggris Tarzan” dan uang 300.000 dollar AS, ia melakukan deal dengan pemilik barang. Hasilnya, deal berangsung buruk.
Penjual barang meminta dalam waktu dua minggu barang seharga 4 juta dollar AS sudah dibayar, kalau tidak maka uang muka 300.000 dollar AS hangus. Ia terpaksa menerima syarat itu karena posisi tawarnya yang jelek. Setelah itu ia langsung terbang ke Indonesia. Saking panjangnya perjalanan dengan tiket ekonomi, tiba di Indonesia langsung sakit. Namun, dengan kondisi yang berat ia berusaha menemui Gubernur Bank Indonesia Rachmat Saleh, lalu ke Pertamina.
Cara itu merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan karena ia masih merupakan pengusaha “bayi”. Beruntung, Pak Piet Haryono dan Pak Wiharso memberikan rekomendasi, Medco patut dibantu. Dana pun cair di ambang batas perjanjian. Proyek pun bisa berjalan sesuai waktu yang ditentukan pemerintah.
Terhadap bantuan yang diberikan pemerintah itu, Arifin menilai sangat positif agar pengusaha lokal mampu bersaing. Namun, tetap harus dilakukan secara betul karena kalau tidak bisa, jadi salah arah. Di sinilah sulitnya, kadang proteksi itu memberikan hasil yang sebaliknya. Mumpung dikasih proteksi, pengusaha malah menjadi manja.
Setelah merintis usaha tahun 80-an, Medco memulai kejayaannya pada tahun 1990. Sebelum tahun 1990 Medco selalu bekerja sama dengan pihak ketiga dan untuk masuk ke sana bukan hanya masalah konsistensi ketekunan dan normatif, tetapi juga urusan garis tangan sebagai penentu. Sebab, untuk memburu satu sumur minyak bukan urusan ribuan dollar AS, tetapi jutaan dollar AS dan itu pun belum tentu ketemu minyaknya.
Namun, keinginan untuk bisa mandiri tetap ada, maka tahun 1990 untuk pertama kali Arifin membeli sumur minyak di Tarakan, Kalimantan Timur, seharga 13 juta dollar AS. Ladang itu mampu berproduksi 4.000 barrel per hari (bph). Tahun 1995, beli lagi sumur minyak tertua PT Stanvac Indonesia milik ExxonMobil, yang sampai saat ini total produksi yang dimiliki Medco mencapai 80.000 bph.
Barangkali inilah prestasi paling gemilang dari Arifin dan perusahaannya, Meta Epsi Drilling Company (Medco). Pembelian Stanvac dimenangkan melalui tender yang kemudian namanya diubah menjadi Expan. Dengan pembelian itu, PT Stanvac tidak lagi dikuasai orang asing sebab perusahaan minyak tertua di Indonesia itu sudah dimiliki sepenuhnya oleh Medco.
Keberhasilan itu konon karena ada unsur tekanan dari pemerintah. Atas isu tersebut, Arifin membeberkan bahwa ia membeli perusahaan minyak itu melalui tender intemasional. Untuk bertemu langsung dengan orangnya saja tidak bisa. Baru setelah selesai pembelian, mereka bisa benar-benar bertemu. Ia membelinya secara langsung. Waktu itu cadangannya cuma 20 juta. Kemudian tahun 1996 produksi digenjot. Hasilnya, satu lapangan saja bisa mendapatkan 320 juta barel minyak.
Sukses di bidang perminyakan ternyata membuat Arifin berpikir lain masih dalam sektor tambang. Kenapa orang lokal tidak bisa berjaya di gas, seperti halnya di minyak. Padahal Indonesia kan salah satu produsen gas terbesar di dunia dan banyak industri yang berteriak kekurangan gas? Pernyaan inilah yang kerap membuatnya gundah. Jika kita lihat pada satu sisi, Indonesia menempati posisi nomor satu di dunia dalam ekspor LNG karena cadangan gas jauh lebih banyak dari minyak. Kini, cadangan sudah mencapai 170 triliun kaki kubik (TCF). Jika cadangan itu diproduksi, sampai 50 tahun pun tidak akan habis.
Gas itu ada di luar Pulau Jawa, tetapi tetap harus harus dibawa ke Pulau Jawa karena berapa pun harganya tetap menarik. Misalnya PLN, jika membeli gas harganya hanya 3 dollar per million metric british thermal unit (MMBTU) sudah sangat mewah. Namun, kalau disetarakan dengan BBM sama dengan 18 dollar AS per barrel. Harga itu sangat murah dibandingkan harga BBM yang harus dibayar PLN sebesar 30 dollar AS per barrel.
Namun, kembali lagi, kenapa gas tidak ada di Pulau Jawa, ini masalah kebijakan pemerintah. Jadi, mestinya Bappenas atau Menteri bidang Ekuin sama memikirkan, apakah terus bergantung minyak yang harganya 30 dollar AS per barrel. Medco menjual ke Pusri 1,8 dollar AS ditambah ongkos pipa 0,5 sen dollar, sudah bisa untung.
Inilah yang ia anggap kebijakan itu keliru. Demikian juga proyek yang dibangun oleh PT Perusahaan Gas Negara, yang berhasil menyambung pipa gas ke Singapura, setelah itu membangun pipa ke Pulau Jawa adalah kebijakan yang salah. Gas di Sumsel sebenarnya tak banyak lagi, jadi seharusnya dibawa ke Jawa saja. Tetapi, barangkali pemeritah memiliki pertimbangan harga di Singapura yang barangkali lebih baik.
Sukses di dunia bisnis membuatnya ikut berpetualang ke dunia politik. Awalnya ia melakukan pertemuan di Hotel Radisson Yogyakarta tahun 1997. Sebenarnya itu adalah pertemuan atau diskusi biasa. Namun, efeknya luar biasa, khususnya buat Arifin. Ia dituduh berupaya menggagalkan Sidang Umum MPR yang akan mengesahkan Soeharto menjadi Presiden ketujuh kalinya.
Ketika aksi mahasiswa semakin memanas, Arifin memberi bantuan konsumsi kepada para demonstran yang melakukan aksi di Gedung DPR. Ribuan kotak makanan dikirim. Tak heran jika kemudian muncul opini bahwa Arifin adalah tokoh di belakang aksi atau cukong para mahasiswa. Namun, Arifin tahu bahwa ia tidak sendiri. Gerakan reformasi merupakan suratan untuk memperbaiki keadaan.
Cobaan terhadap langkahnya di dunia politik masih berlanjut. Di era Presiden BJ Habibie, Arifin Panigoro kembali dijerat dengan tuduhan pidana korupsi penyalahgunaan commercial paper senilai lebih dari Rp 1,8 triliun. Pada waktu itu, sejumlah kalangan percaya dijeratnya Arifin karena kedekatannya dengan gerakan mahasiswa. Bahkan pada masa pemerintahan Megawati, Arifin kembali dicoba untuk dijerat lewat perkara di kejaksaan. Sejak awal, dirinya yakin hanya dikerjain karena masih banyak pihak yang tidak senang dengan aktivitas politik yang digeluti.
Pengalamannya sebagai pengusaha membuat dia tidak kaget dengan praktik politik karena di dalamnya ada aktivitas melobi atau menggarap, juga money politics. Baginya, hari-hari uang adalah urusannya. Dari permulaan bekerja sebagai pengusaha, ia tidak pernah buat kesepakatan dengan fasilitas yang diperolehnya.
Demikian juga dengan urusan politik yang juga bagian dari kompromi lintas fraksi, kesepakatan semua kekuatan. Hal-hal begitu tidak selalu pakai uang, cukup pengertian bahwa kita punya sesuatu yang lebih besar, mari kita jalani sama-sama. Namun, perjalanan tidak selalu mulus, godaan banyak. Apalagi kekuatan politik sekarang sesudah zaman Soeharto, relatif pemainnya baru semua.
Meskipun terbiasa bermain dengan uang, namun Arifin mengaku memiliki batasan dalam memainkan uangnya. Sayangnya, proses politik atau proses pengambilan keputusan politik, ternyata uang yang berbicara. Padahal, meskipun ia seorang pebisnis, tetapi ia mau bisnis tanpa uang. Meskipun ia mengaku, cara bisnisnya memang tidak sebersih di AS. Di negara itu, mentraktir makan di atas 100 dollar AS sudah termasuk kategori sogokan. Ia tidak begitu amat, tetapi mendambakan good government and corporate governance, supaya bisa membuat bangsa ini ke depan lebih baik.
Ia berhitung, hari ini, uang dihabiskan untuk apa saja. Ia mau menghitung berapa total uang yang dikeluarkan dalam pemilihan kepala daerah di Indonesia, yang akan membebani APBD setiap daerah. Jangan lupa, itu uang rakyat dari pajak. Kalau pemimpinnya main, tentu menggelembungkan dana proyek, tentu bawahan juga ikut ambil bagian. Dengan demikian korupsi akibat kedudukan bisa menimbulkan efek berantai, jika dana diselewengkan Rp 1 triliun, uang rakyat yang bakal hilang sekitar Rp 10 triliun untuk pemilihan kepala daerah.
Perkenalannya lebih mendalam dengan dunia politik adalah ketika partai-partai baru bermunculan tahun 1998-1999 setelah lengsernya Soeharto dari kursi presiden. Pada awalnya, Arifin menjalin hubungan dengan berbagai tokoh politik, baik tokoh masyarakat yan sudah lama dikenal maupun tokoh yang baru muncul. Saat deklarasi partai baru dilangsungkan, Arifin kerap menghadirinya. Namun, akhirnya pilihannya jatuh ke PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Bersama PDIP, Arifin pun melenggang menuju Senayan sebagai anggota DPR/MPR.
Untuk kategori pemain baru di dunia politik, sebenarnya karir politik Arifin terbailang bagus. Ia bisa duduk di jajaran DPP partai peraih suara terbanyak dalam pemilu. Ia pernah memimpin lintas fraksi, juga menjadi Ketua Fraksi PDIP MPR. Namun, dunia politik memang seperti cuaca yang cepat berubah. Arifin yang kerap dikenal sebagai anak “indekos” di partai berlambang banteng merah gemuk itu dianggap sudah kurang loyal kepada partainya dan mulai memihak lawan partai politiknya bernaung.
Arifin Panigoro yang dulu dianggap sebagai inspirator pembangunan jalan mulus Presiden Megawati menuju kursi kepresidenan, kini dianggap sebagai anak yang nakal. Isu pun merebak bahwa Arifin bakal dipecat. Namun, hingga saat ini, isu tersebut tidak berbuah menjadi kenyataan.
Terhadap isu tersebut, ia berpendapat kalau dirinya dikeluarkan, sepertinya ia harus membuat acara perpisahan dengan teman-teman. Tetapi, sebetulnya ia sudah memikirkan untuk keluar. Menurutnya, kalau dikeluarkan dirinya akan lebih senang. Seperti orang kerja, kalau berhenti tidak dapat pesangon, kalau diberhentikan malah dapat pesangon.
Meskipun siap untuk keluar, namun mengenai masa depan politiknya masih belum jelas, dan ia sendiri masih belum bisa mengira-ngira ke mana akan berlabuh. Hal itu terjadi karena dari tahun 1998 ia termasuk non-partisan, meskipun belakangan bergabung ke partai. Awalnya, ia datang pada setiap acara peresmian partai baru, sampai akhirnya bergabung dengan PDIP.
Arifin menganggap dirinya sebagai seorang oportunis yang iseng-iseng. Atau ia hanya ingin ada lima tahun periode yang lain, tidak hanya menjadi seorang pengusaha.Tetapi yang pasti, hematnya, konyol jika berhenti lalu serta-merta melawan PDIP, apalagi mau menggulingkan Megawati.
Jika benar-benar mundur dari dunia politik, kemungkinan ia akan relaksasi dan bermain golf di Paris atau mencari sekolah khusus untuk mereka yang sudah berumur di kota yang mempunyai makanan yang enak-enak. Mungkin enam bulan istirahat dulu.
Ia juga termasuk orang yang respek terhadap cendekiawan muslim Noercholish Madjid (Cak Nur). Menurutnya, Cak Nur itu bukan politikus, tetapi berminat jadi presiden. Ketika pertama kali mengemukakan minatnya jadi presiden Arifin termasuk orang yang awal-awal mendatangi dan bertanya, ternyata jawabannya memang mau. Pikirnya, siapa pun ini, dia dari unsur yang berbeda dibandingkan politikus yang lain. Dengan demikian bisa menjadi ukuran moral, sebab moral juga harus terukur. Paling tidak, politikus ada malu-malu sedikit. Jadi, pencalonan Cak Nur, sebenarnya dapat meningkatkan kualitas pertandingan.
Mengenai kehidupan keluarganya, suami dari Raisis A Panigoro cukup bahagia. Anak-anaknya sudah besar, bahkan yang tertua Maera Hanafiah sudah menikah dan sebentar lagi dikarunia anak kedua. Adapun yang bungsu Yaser Mairi sedang menambah pendidikan di Singapura pada bidang IT. Sekarang, meskipun agak telat, ia sadar, kalau dirinya kurang memberikan perhatian kepada anak-anak, karena jam kerja yang ngawur. Sekarang, sejak sekolah di luar negeri, anak-anaknya seakan-akan lupa dengan orang tua.
Meskipun anak-anak itu bersekolah di luar negeri, namun tidak ada yang secara khusus disiapkan menggantikannya. Anak pertamanya seorang ibu rumah tangga, anak kedua tidak dipersiapkan untuk itu. Prinsipnya, Medco bukan perusahaan keluarga, jadi sebaiknya dijalankan oleh profesional. Kebetulan, adiknya orang minyak. Jadi, Hilmi Panigoro duduk Medco.
Ia juga tidak akan memaksakan anak-anak untuk meneruskan usaha orang tuanya. Jika kapasitasnya sudah dipenuhi, silakan saja kalau mau meneruskan. Ia mengaku tidak takut jika perusahaannya dipegang oleh orang lain, toh semua aset, cadangan tidak ke mana-mana.
Meskipun kini sudah menjadi “raja minyak”, suami dari Raisis A Panigoro ini mengaku, kaya itu relatif. Dia mengaku tak pernah menghitung, apakah dirinya kaya atau tidak, sebab semua hidup yang dijalani terus menggelinding. Baginya, disebut kaya itu relatif, kalau di Indonesia, seperti dirinya memang sudah menonjol. Sebagai orang yang beberapa kali dicekal untuk bepergian ke luar negeri, ia pun bertanya untuk apa kekayaan itu.
Sebagai orang yang romantis, ia mengaku merasa benar-benar kaya, kalau berada dalam satu konser musik yang benar-benar disukai. Seperti saat ini, setelah bisa menikmati alunan gamelan Jawa, maka setiap mendengar musik Jawa itu sebelum tidur, dia merasa kaya. Jadi, baginya kaya cukup sederhana, bukan harta melimpah atau kekuasaan.
Arifin juga sadar, suatu saat akan pendiun sebagai orang perminyakan. Namun, tidak berarti ia akan berdiam diri. Ia merencanakan untuk memfokuskan ke Medco yang lain yaitu di bidang agrobisnis. Sekarang ini orang sedang banyak bicara tentang pertanian. Masalah minyak goreng yang masih kurang kelapa sawitnya. Mungkin itu adalah salah satu pelabuhan yang akan ditujunya kemudian.
http://pengusahamuda.wordpress.com/biografi/
Herpin Dwijayanti, Pengusaha Muda Sukses dengan Modal Awal 300 Ribu
“Mungkin saya cenderung orang yang akademis, ya. Tapi saya juga gaul dan aktif berorganisasi. Orangtua saya memang mendidik saya ketat dan disiplin. Saya juga banyak belajar dari luar. Saya juga senang mengenal momen atau kegiatan islami. Kalau belajar bisnis, saya berusaha mencontoh Rasulullah dalam berwirausaha,” ujar kelahiran Depok 8 April 1986 ini.
Berkat mau belajar dari mana saja, Herpin pun ingin mewujudkan cita-citanya sebagai pengusaha. Kebetulan Herpin sangat meminati bidang bahasa. Herpin aktif menguasai bahasa Inggris dan Jepang dan pasif dalam berbahasa Perancis, Arab, dan Jerman. Karena itulah dia memutuskan untuk berwirausaha dengan membuka kursus bahasa.
Herpin memang punya bekal penguasaan bahasa sebelum dia menjadi mahasiswa STT Telkom. Sewaktu SMA, dia terpilih menjadi peserta pertukaran pelajar ke Jepang [2005-2006]. Dia pun beberapa kali mengikuti debat dan pidato dalam bahasa Inggris. Pengalaman tersebut menjadi bekalnya untuk mengajar kursus bahasa di sebuah lembaga. Karena lembaga ini tutup, Herpin pun nekat membuka tempat kursus sendiri dengan modal pas-pasan. “Modal awalnya hanya 300 ribu rupiah dari tabungan sendiri. Alhamdulillah, Allah memberi kelancaran mendapatkan modal tambahan dari hadiah lomba-lomba. Saya membuka kursus mulai tahun 2007. Awalnya dari privat, kemudian menyewa tempat kursus yang berjalan baru setahun ini,” jelas Duta Muda ASEAN-Indonesia 2007 ini.
Herpin mengaku mengawali usaha kursus bahasa ini, dia berinvestasi dengan empat temannya. Tapi kini yang tersisa hanya ia dan seorang temannya. Herpin menamakan tempat kursusnya ini “Hikari”. Namanya diambil dari bahasa Jepang yang artinya cahaya. “Ilmu itu cahaya, yang bisa mencerahkan orang dan masa depannya,” ujar dara yang tahun ini mendapat beasiswa sekolah S2 di Jepang.
Kini Hikari menjadi salah satu tempat kursus bahasa yang cukup pesat perkembanganya di Bandung. Meskipun baru berdiri, Hikari sudah membuka kursus di lokasi Bojongsoang, Jl Surapati, dan Antapani, dengan jumlah peserta sekira 400 orang. Rencananya, Herpin akan melebarkan usaha kursusnya ini di kawasan Jabodetabek dan Surabaya serta akan didaftarkan menjadi usaha franchise. Selain bahasa Jepang dan Inggris, kursus miliknya ini menawarkan program bahasa Perancis, Jerman, Arab, Korea, Belanda, dan Mandarin. Pengajarnya rata-rata bekerja secara part time.
Saat disinggung seputar pergaulan remaja dan Herpin berkomentar dengan santai. “Saya tetap gaul, kok. Nggak masalah dengan teman-teman lainnya. Tapi kalau ke mall, saya jarang. Setiap orang punya selera hiburan masing-masing. Bagi saya mengajar, baca al-Qur’an, shalat, atau mengaji, bisa menghibur juga,” kata lajang yang suka olahraga pagi ini.
Usia Herpin terbilang masih muda. Tapi dia pun sudah memikirkan masa depannya. Tak hanya konsisten dalam berwirausaha dalam bidang kursus bahasa, tetapi juga pilihan calon pendampingnya kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar